Sembilan.
Jika kalian kaitkan dengan ibu hamil, jelas saja angka ini yang ia nantikan.
Bulan dimana sang buah hatinya tak lagi meringkuk setengah bundaran.
Bulan dimana sang buah hatinya akan mulai belajar bergerak dengan leluasa, tanpa harus khawatir dengan kondisi air ketuban.
Tapi tidak, bukan sembilan itu yang kumaksud.
Ini sembilan di tanggal tiga.
Ini sembilan di bulan sebelas.
Iya, tepat sembilan bulan.
Iya, tak terasa kami telah melewati kurang lebih 270 hari bersama.
Ah sudahlah, jangan dihitung.
Sembilan.
Bahagianya, kami di ratusan hari itu, tak pernah jalan di tempat.
Walau hanya perlahan dan penuh tantangan, kami melangkah maju.
Sedikit demi sedikit, kami berusaha selaras dan seimbang.
Berusaha menjadi satu.
Aku dan keterbatasanku.
Juga ia dengan kekurangannya.
Sembilan.
Setelah membaca tulisan ini, mungkin kalian akan menyimpulkan angka sembilan istimewa bagiku.
Ah tidak, tanpanya, angka ini biasa saja.
Sembilan ini bukan apa-apa.
Namun karena hadirnya, seluruh angka di hariku menjadi nyata.
Satu, dua, maupun tiga selalu saja berwarna penuh makna.
Selamat tanggal 3.
I definitely lost, lost, and lost without you.
And I thank God for having you in my life, Zia.