Minggu, 18 November 2012
Count
Tung tung menghitung. Detik ini sudah memasuki Minggu, esoknya Senin, lalu Selasa. Akh, aku selalu menanti hari ke-duapuluh pada setiap bulannya. Senyum hangatku pun senantiasa menantinya. Dan untuk kali ini, ada dua momen yang tak boleh kulewatkan. Kalian tahu, akan ada apa? Akan muncul banyak gelak tawa, canda, juga bahagia. Ini akan menyenangkan! :D
Tengah Malam
Hitam hitam hitam! Penglihatanku buram. Bahkan bersama cahaya-cahaya bohlam. Kelam! Sekelilingku suram. Namun masih saja menikmati malam. Muram! Tekukan wajah semakin tak rupawan. Dan masih saja ku menunggumu, Bulan.
Sabtu, 17 November 2012
CRAP!
Segelas susu full cream hangat menemaniku malam ini. Ya, aku butuh waktu sendiri walaupun tidak ingin sendirian. Fikiranku tak kunjung hentinya terpusatkan pada sang kekasih yang sedang menikmati weekend di luar kota sana. Ah, aku seharusnya juga ada di sana. Membaluti tubuh dinginku dengan jaket dan selimut tebal, menatap bintang dan rembulan, mengikuti perbincangan kekasih dan kawannya, melepaskan penat rutinitas, menghirup udara segar di pagi hari, mengabadikan momen, dan sebagainya! CRAP! Ternyata aku masih di sini dan hanya mampu bermain dengan imajinasi. Selamat meratapi.
Minggu, 11 November 2012
Platitude #2
Only once in your life, I truly believe, you find
someone who can completely turn your world around. You tell them things
that you’ve never shared with another soul and they absorb everything
you say and actually want to hear more. You share hopes for the future,
dreams that will never come true, goals that were never achieved and the
many disappointments life has thrown at you. When something wonderful
happens, you can’t wait to tell them about it, knowing they will share
in your excitement. They are not embarrassed to cry with you when you
are hurting or laugh with you when you make a fool of yourself. Never do
they hurt your feelings or make you feel like you are not good enough,
but rather they build you up and show you the things about yourself that
make you special and even beautiful. There is never any pressure,
jealousy or competition but only a quiet calmness when they are around.
You can be yourself and not worry about what they will think of you
because they love you for who you are. The things that seem
insignificant to most people such as a note, song or walk become
invaluable treasures kept safe in your heart to cherish forever.
Memories of your childhood come back and are so clear and vivid it’s
like being young again. Colors seem brighter and more brilliant.
Laughter seems part of daily life where before it was infrequent or
didn’t exist at all. A phone call or two during the day helps to get you
through a long day’s work and always brings a smile to your face. In
their presence, there’s no need for continuous conversation, but you
find you’re quite content in just having them nearby. Things that never
interested you before become fascinating because you know they are
important to this person who is so special to you. You think of this
person on every occasion and in everything you do. Simple things bring
them to mind like a pale blue sky, gentle wind or even a storm cloud on
the horizon. You open your heart knowing that there’s a chance it may be
broken one day and in opening your heart, you experience a love and joy
that you never dreamed possible. You find that being vulnerable is the
only way to allow your heart to feel true pleasure that’s so real it
scares you. You find strength in knowing you have a true friend and
possibly a soul mate who will remain loyal to the end. Life seems
completely different, exciting and worthwhile. Your only hope and
security is in knowing that they are a part of your life. - Bob Marley
A Vision of The Human Future In Space
Once we overcome our fear of being tiny, we find ourselves on the threshold of a vast and awesome Universe that utterly dwarfs — in time, in space, and in potential — the tidy anthropocentric proscenium of our ancestors.
We gaze across billions of light-years of space to view the Universe shortly after the Big Bang, and plumb the fine structure of matter. We peer down into the core of our planet, and the blazing interior of our star. We read the genetic language in which is written the diverse skills and propensities of every being on Earth. We uncover hidden chapters in the record of our origins, and with some anguish better understand our nature and prospects. We invent and refine agriculture, without which almost all of us would starve to death. We create medicines and vaccines that save the lives of billions. We communicate at the speed of light, and whip around the Earth in an hour and a half. We have sent dozens of ships to more than seventy worlds, and four spacecraft to the stars.
We are right to rejoice in our accomplishments, to be proud that our species has been able to see so far, and to judge our merit in part by the very science that has so deflated our pretensions. -Carl Sagan Pale Blue Dot: 1994
In The Doldrums
Kekeliruan kecil sore itu membuat
mereka saling menenangkan diri. Sepanjang perjalanan, gadis itu terdiam, sesekali hanya
menampakkan senyum saat sang kekasih menyapa lirih. Ia merasakan erat jemari
yang sedang menggenggamnya. Hangat.
"Ada apa?"
"Hmm..tidak ada apa-apa" gadis itu menyangkali.
"Ayolah. Katakan saja. Aku ingin tahu" kekasihnya
meyakinkan.
"Aku masih ingin bersamamu"
"Maaf. Ini salahku. Tapi tenanglah.
Kita pernah melewatinya bukan?"
"Ya. Namun ini berbeda"
"Tak usah khawatir.
Ini takkan lama. Aku akan segera kembali, sayang"
Pandangan punggung itu
berjalan menjauh, memaksanya menepi mobil yang ia kemudikan. Gadis itu tak
kuasa menahan. Tangisnya memuncak. Sang kekasih kembali menghampiri, kembali
menenangkan gadis kecilnya. "Baik-baik ya." Gadis itu memberi anggukan. "Hati-hati. Aku menyayangimu." Nafasnya tak beraturan. Dari sepasang mata
letihnya, bulir-bulir bening terus mengalir. Gadis itu pun berlalu. Dengan
benak yang masih terpaku. Oh, kelabu.
Jumat, 09 November 2012
Sebatas Tawa
Selamat siang. Terik mentari sama sekali tak terasa hangatnya. Ia berada tepat di atas kepala -ku, -mu, dan -nya. Demi apapun, ini sungguh memaksa kami mencari titik kesejukan. Kami sudah mengambil posisi termanis di tempat ini. Anggap saja numpang ngadem (hohoho). Chocolate grande-ku melumer, merembes masuk, membasahi larynx. Aku masih sibuk merangkai kata, mereka pun masih mengabadikan momen-momen. Seakan waktu tanpa batas, kita masih tertawa di sini, terangkum dalam satu rasa walau tanpa asa :)
*Coffee Toffee Urip, November 9th, 3.00pm.
Senin, 05 November 2012
Phantasmgoria
Siang yang mendung ini, kita sedang berada di salah satu tempat kecil yang nyaman dan sangat tenang. Sebut saja warung, kafe atau kios. Apa saja lah. Di sini tak ada hiruk-pikuk, tak ada kebisingan, tak ada polusi apalagi korupsi (ya iyalaaaaah). Di sini hanya ada kita (yang lain ngontrak), dua cangkir teh hangat, buku-buku dan benda mati lainnya. Kita duduk saling berhadapan. Senyummu hangat sekali. Seperti teh yang ku sesap ini. Tatapanmu tak tajam dan tentu tak menakutkan. Aku suka sekali kedua bola mata yang menatapku itu. Aku bisa melihat jelas siluet ku yang juga sedang menatapimu. Hening kita pecah. Kau memulai percakapan. Kau mengajakku berbicara tentang segalanya. Kau mengajariku berbagai macam hal, yang sudah sangat ku kenali bahkan hal yang tak ku ketahui sebelumnya. Kita membicarakan semuanya. Kita berbagi dan terus berbagi. Aku jadi ingat kutipan di kolom bawah blog mu, "kebahagiaan hanya berarti jika dibagi". Dan di sinilah makna kebahagiaan itu.
Ini sangat menyenangkan, sayang.
.........5menit kemudian.........
Brukkk!
Aku terjatuh dari kursi tak bersandar itu. Ada apa ini? Hah! Ternyata kantuk menguasaiku. Dan siang yang menyenangkan itu hanya ada di alam bawah sadarku. Damn >.<
Keane - Disconnected
Somethings crept in under our door
Silence soaking through the floor
Pinching like a stone in my shoe
Some chemical that's breaking down the glue
That's been biding me to you
I feel like I just don't know you anymore
But iv'e been burned and iv'e been wrong so many times
We walk in circles, the blind leading the blind
Well I thought that love watched over this house
But your boarding up the windows now
We've been leaning on each other so hard
Tied so tight we wound up miles apart
Making simple things so hard
We've been disconnected somehow
There's an invisible wall between us now
But iv'e been wrong and iv'e been down so many times
We walk in circles the blind leading the blind
I see the landscape change before my eyes
The features iv'e been navigating by
No nothing looks the way it did before
I don't know where to look, or what to look for
"Lagunya galau sekali. Tidak sedang dalam kondisi itu sih. Tapi senang mendengarkannya :)"
Silence soaking through the floor
Pinching like a stone in my shoe
Some chemical that's breaking down the glue
That's been biding me to you
I feel like I just don't know you anymore
But iv'e been burned and iv'e been wrong so many times
We walk in circles, the blind leading the blind
Well I thought that love watched over this house
But your boarding up the windows now
We've been leaning on each other so hard
Tied so tight we wound up miles apart
Making simple things so hard
We've been disconnected somehow
There's an invisible wall between us now
But iv'e been wrong and iv'e been down so many times
We walk in circles the blind leading the blind
I see the landscape change before my eyes
The features iv'e been navigating by
No nothing looks the way it did before
I don't know where to look, or what to look for
"Lagunya galau sekali. Tidak sedang dalam kondisi itu sih. Tapi senang mendengarkannya :)"
Platitude #1
Selamat datang November.
Hanya hasrat. Tidak ada unsur apa-apa kalimat penyambutan ini mewarnai blogku yang hampa.
*rewindmodeon*
Aku masih ingat jelas. Hari-hariku di bulan November setahun yang lalu. Hari-hari di Sastra masih dengan berbagai macam label mahasiswa baru yang kugunakan. Bahkan sampai akhir detik menyambut Desember, masih sangat jelas, bagaimana campur aduknya kehidupanku di bulan itu. Hah. Aku sungguh menikmatinya. Dan ini tidak bohong :D :P
Hanya hasrat. Tidak ada unsur apa-apa kalimat penyambutan ini mewarnai blogku yang hampa.
*rewindmodeon*
Aku masih ingat jelas. Hari-hariku di bulan November setahun yang lalu. Hari-hari di Sastra masih dengan berbagai macam label mahasiswa baru yang kugunakan. Bahkan sampai akhir detik menyambut Desember, masih sangat jelas, bagaimana campur aduknya kehidupanku di bulan itu. Hah. Aku sungguh menikmatinya. Dan ini tidak bohong :D :P
Dan lihatlah....
Dan lihatlah....
Lelakimu beranjak pergi. Meninggalkan sekotak jejak, juga kenangan. Melupakan semua rasa, pula asa. Baru saja memutuskan untuk tak terlibat. Enggan terikat, mengikat ataupun diikat. Alam menganggapnya penjara. Hati merangkumnya kata. Lalu kemudian menyendiri. Duduk diam menyepi. Tunduk kaku meresapi. Apa yang salah dengan ini, batinnya.
Lelakimu beranjak pergi. Meninggalkan sekotak jejak, juga kenangan. Melupakan semua rasa, pula asa. Baru saja memutuskan untuk tak terlibat. Enggan terikat, mengikat ataupun diikat. Alam menganggapnya penjara. Hati merangkumnya kata. Lalu kemudian menyendiri. Duduk diam menyepi. Tunduk kaku meresapi. Apa yang salah dengan ini, batinnya.
Langganan:
Postingan (Atom)